Rencana Penerapan Ekonomi Hijau di Indonesia

menristek
menristek
Gemapos.id (Jakarta) - Indonesia mempunyai cita-cita untuk menjadi negara maju dengan menerapkan sistem ekonomi hijau pada tahun 2045 nanti. Ekonomi hijau merupakan suatu sistem ekonomi di negara yang mengedepankan kesejahteraan dan kesetaraan manusia namun tetap memperhatikan dampaknya pada lingkungan. Sejauh ini terdapat korelasi yang positif antara negara-negara  dengan kondisi lingkungan hidup mereka, dimana semakin negara tersebut memiliki lahan yang "hijau", maka negara-negara tersebut semakin memiliki kecenderungan menjadi negara maju, dan juga sebaliknya. Ekonomi di Indonesia saat ini masih memanfaatkan sumber daya alam (SDA), sedangkan yang sedang diusahakan Indonesia adalah untuk mengubah sistem ekonomi ini menjadi berbasis inovasi. Salah satu tanda ekonomi berbasis inovasi adalah adanya penciptaan suatu pencegahan nilai tambah yang maksimal dari SDA yang kita miliki. Indonesia tidak boleh hanya sekedar memanfaatkan SDA namun juga harus memikirkan bagaimana keberlangsungan ekonomi selanjutnya, karena tidak semua SDA dapat diperbarui, contohnya adalah tambang. Oleh karena itu kita memerlukan sistem ekonomi hijau agar tidak kebergantungan terhadap alam dan mencegah terjadinya kerusakan alam secara maksimal. Salah satunya yang bisa dilakukan Indonesia adalah dengan menerapkan energi terbaru. Namun sebelum itu perlu diadakannya riset terhadap energi-energi yang berpotensi ini. Secara ekonomi mikro melakukan riset energi terbarukan akan menghabiskan banyak biaya, namun pemerintah harus memandang ini dari segi ekonomi pembangunan, yakni sebagai investasi karena hal ini akan membawa banyak dampak positif. Menurut sebuah riset, pemanfaatan energi terbarukan dan efisiensi energi, akan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan dibandingkan energi dari bahan bakar fosil. Diantara lainnya adalah akan terdapat 75 pekerjaan baru di bidang teknologi terbarukan (angin, matahari, bioenergi, panas bumi, dan hidro) dan 77 pekerjaan baru dalam efisiensi energi (efisiensi energi industri, jaringan pintar, dan angkutan massal). Sementara dengan bertahannya kita pada penggunaan energi yang sama hanya akan ada 27 pekerjaan  di bidangbahan bakar fosil (minyak dan gas, batubara). Masih berkaitan dengan ekonomi hijau, nantinya Indonesia akan menetapkan konsep circular economy dalam bidang perekonomian. Latar belakang dari konsep ini adalah sumber daya alam yang terancam langka karena bertambahnya populasi dan ekstraksi penggunaan yang berlebih. Konsep ini berfokus kepada pengunaan optimal dari sumber daya alam dalam berbagai aspek produksi, dari ekstraksi sumber hingga konsumsi. Hasil dari konsep ini adalah solusi atas sampah serta untuk memenuhi kebutuhan energi berbahan dasar limbah. Jadi proses produksi tidak bergaris linear, namun berputar. Maksudnya adalah bahan yang telah diolah dan menjadi sesuatu, lalu setelah digunakan, dapat digunakan kembali menjadi bahan awal dalam proses pembuatan tersebut. Nantinya teknologi di Indonesia diharapkan diciptakan  berdasarkan circular economy. Perencanaan dan pendanaan hijau (green planning and budgeting) menjadi salah satu solusi untuk memitigasi isu lingkungan dan perubahan iklim secara jangka panjang. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan tersebut dapat dilakukan melalui paradigma industri hijau. Industri hijau dapat menyelaraskan secara bersamaan antara pertumbuhan ekonomi dengan keberlanjutan lingkungan. “Industri juga harus follow up (mengikuti perkembangan, jadi kalau dari sisi kami (Kementerian Riset dan Teknologi) mengembangkan teknologi yang tepat dan inovatif, industrinya juga harus mau berubah menjadi industri hijau atau industri yang bersih." ujar Menteri Riset dan Teknologi Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro pada Rabu (20/1/2021). Pada kesempatan yang sama, Menteri Bambang juga menjabarkan pelajaran dan adaptasi baru yang dapat diambil dari masa pandemi ini untuk menuju ekonomi hijau, yaitu yang pertama adalah bangunan yang lebih baik. Maksudnya adalah melakukan pemulihan hijau untuk meningkatkan isolasi bangunan, perbaikan sirkulasi udara, termasuk beralih ke energi terbarukan seperti energi angin dan matahari. Bangunan pada masa depan akan memiliki sirkulasi udara yang lebih baik karena selama masa pandemi, kita semua tahu bahwa suatu bangunan bersikulasi udara baik membantu mengurangi penyebaran virus. Kedua, makan makanan yang sehat, yakni diet sehat adalah tindakan pencegahan yang terbukti mendukung sistem kekebalan tubuh sekaligus meningkatkan kesehatan dan kebugaran. Pada masa pandemi manusia pasti menginginkan daya tubuh lebih baik oleh karena itu berusaha disediakannya makanan yang lebih baik yang mana harus didukung oleh sektor pertanian dengan mengurangi pestisida atau berbagai macam zat atau pupuk yang tidak bisa untuk menjamin tersedianya makanan sehat tersebut. Ketiga adalah adanya mobilitas pintar, transportasi ramah lingkungan dan terhubung dengan berbagai moda transportasi, program capooling, car sharing, dan bike sharing, dan sebagainya. Mobil listrik dan bus listrik akan jadi trend di masa depan, pendeketan digital akan menjadi kebutuhan dengan ditunjang energi tersebut. Hal ini akan berdampak pada kota yg kita tinggali. Keempat menghijaukan tempat kita tinggal dengan mempertahankan dan meningkatkan ruang hujau di lingkungan sebagai prioritas utama. Lalu memperbaiki kualitas lingkungan kita, tidak hanya masalah kebersihan, namun  juga kualitas lingkungan. Yang terakhir adalah adanya infrastruktur yang lebih tangguh, yakni diperlukan lebih banyak investasi untuk memastikan akses ke perumahan, mobilitas, layanan dan ruang hijau untuk semua orang di era new normal. Mengurangi resiko banjir perkotaan dengan meningkatkan ruang hujau, memulihkan lahan basah, dan menggunakan bahan bangunan baru yang permeabel untuk menyerap air hujan tersebut. Diharapkan akan adanya infrastruktur yang lebih tangguh terhadap bencana alam maupun penyakit.(m3)