Kedelai Diminta Cari ke Pasar Nontradisional

Amin Ak2
Amin Ak2
Gemapos.ID (Jakarta) - Pemerintah Indonesia diminta mencari sumber pasokan kedelai dari sejumlah negara nontradisional. Jadi, negara ini tidak tergantung lagi dengan pasokan dari Amerika Serikat (AS) yng menjadi sumber terbesar pasokan kedelai di dalam negeri. "Sebanyak 95% lebih pasokan kedelai impor berasal dari negeri Paman Sam. Persoalannya, untuk periode 2020/2021 ini, kedelai AS sudah diborong China. Indonesia harus cari pemasok lain, karena panen kedelai lokal masih dua bulan lagi. Itupun jumlahnya sedikit," kata Anggota Komisi VI DPR dari F-PKS Amin Ak di Jakarta pada Jumat (8/1/2021). Data FAO hingga 10 Desember 2020 menyebutkan China telah membeli 58% kedelai dari AS untuk kontrak 2020-2021. China membutuhkan pasokan yang besar untuk kebutuhan pakan babi pasca peternakan mereka pulih dari wabah flu babi. "Hal tersebut memicu kenaikan harga kedelai di pasar global, di mana rata-rata harga kedelai pada Desember 2020 mencapai 461 dolar AS per ton, naik 6 persen dari harga November," ujarnya. Sejumlah negara produsen kedelai yang perlu dijajaki antara lain Brasil, Argentina, Paraguay, India, Kanada, Rusia, Ukraina, maupun sejumlah negara Afrika. Indonesia dinilai bisa pula menawarkan produk dari Indonesia sebagai komoditas barter seperti minyak sawit, kopi, dan produk unggulan lainnya. Amin berharap BUMN Pangan mampu mengembalikan produksi kedelai nasional seperti 10 tahun lalu yang mencapai 1,8 juta ton per tahun. Dengan umur panen hanya sekitar tiga bulan, kedelai lokal bisa ditanam tiga kali setahun. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menjelaskan tiga agenda yang akan dilakukan Kementan untuk terus memantau pasokan dan harga kedelai dalam negeri. Pertama, agenda SOS yakni stabilisasi harga, pasokan tidak boleh ada yang terganggu, sehingga ketersediaan harus dipastikan aman. "Harga tidak boleh terlalu turun dan tidak boleh terlalu naik, khawatirnya kontraksi ini hanya sementara," kjelasnya. Syahrul meneruskan agenda SOS berlangsung selama 100 hari. Kedua, agenda temporer atau jangka pendek yakni dalam 200 hari ke depan produktivitas lokal harus dilipatgandakan. Kemudian, agenda jangka panjang Indonesia dapat memenuhi kebutuhan kedelai secara mandiri, sehingga saat negara lain mengalami kendala tidak berimbas di dalam negeri. (mau)