UNY Berikan Gelar Dr Hc Kepada Kepala BKKBN

Sutrisna Wibawa
Sutrisna Wibawa
Gemapos.ID (Yogyakarta) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) memberikan gelar doktor honoris causa (HC) bidang teknologi dan pemberdayaan masyarakat vokasional kepada Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo di di Gedung Auditorium UNY, Yogyakarta pada Sabtu (1/8/2020). Rektor UNY Sutrisna Wibawa ingin penganugerahan gelar sebagai pengakuan akademik itu menjadi amanah bagi Kepala BKKBN untuk terus berdedikasi dan berkomitmen dalam pengembangan masyarakat vokasional berbasis teknologi unggul. Praksis penerapan teknologi dan ilmu pengetahuan untuk pembangunan harus dikembangkan Hasto Wardoyo supaya bermanfaat bagi pemberdayaan masyarakat. Sutrisna berharap ilmu vokasi dapat berkembang lebih luas, melibatkan multidisiplin dan komponen pemerintahan, serta terus berkembang dan relevan untuk pembangunan masyarakat. "Pak Hasto adalah satu tokoh langka yang selama kepemimpinannya selalu menggunakan data dan teknologi sebagai acuan pengambilan kebijakan," katanya. Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyampaikan perubahan penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik untuk kesejahteraan rakyat harus dengan paradigma baru. Jadi, hal ini tidak cukup dengan inovasi pelayanan yang sekadar menjadi bagian dari normal sains. "Namun, ini juga harus dengan perubahan paradigma yang revolusioner, merubah 'mindset', mengubah tatanan atau regulasi," ujarnya. Selama Hasto mengemban amanah sebagai Bupati Kulon Progo periode 2011-2016 dan 2016-2019, sejumlah langkah telah dijalankan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Kulon Progo seperti PNS wajib membeli beras dari petani Kulon Progo 10 kg per bulan. Dia juga melakukan diversifikasi PDAM Kulon Progo dengan membuat air minum dalam kemasan bernama 'Air-Ku'. Hal ini dilakukan setelah melihat hampir semua kebutuhan masyarakat dalam setiap acara tidak merebus air sendiri melainkan membeli air minum dalam kemasan. Selain itu Hasto memunculkan batik 'Geblek Renteng' dapat membangkitkan industri batik Kulon Progo. Langkah ini menyasar pangsa pasar siswa sekolah yang berjumlah sekitar 82.000, PNS 6.000, guru swasta dan perangkat desa 5.800/ Mereka mengenakan seragam batik dua kali seminggu. "Alhasil secara spontan tumbuh sekolah (SMK) dengan jurusan batik, tanpa harus diinisiasi oleh pemerintah," paparnya. Pendidikan vokasi akan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang terampil, kompeten, berkarakter, dan mumpuni. Sistem pendidikan vokasi dibutuhkan sebagai jawaban pendidikan umum yang belum efektif mengembangkan keterampilan secara tepat sesuai dengan tuntutan dunia kerja/pasar. (adm)