Pasar Diyakini Serap Produk UMKM Gorontalo

hasrat
hasrat
Gorontalo, Gemapos, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop dan UKM) Teten Masduki optimistis dan meyakini produk koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) khas Gorontalo akan diminati pasar. Karena, produk inimemiliki karakter yang kuat dan tidak kalah dari sisi kualitas dengan produk yang telah lebih dulu ada di pasaran. Hal itu dikemukakan pada saat meninjau Kopwan Metalik Jaya di Bunggalo, Telaga Jaya, Gorontalo, Minggu (29/12/2019) yang memproduksi kain khas Karawo. Teten juga berkunjung ke Kelompok Pengolahan Hasil Agroindustri Jagung ‘Hasrat’ Desa Dumati Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo, yang memproduksi pia jagung. Dia mengatakan produk koperasi dan UMKM Gorontalo punya potensi yang besar untuk ditumbuhkembangkan menjadi usaha yang lebih berkembang dengan target market yang jelas. “Dengan kekhasan Gorontalo, jadi misal untuk oleh-oleh wisatawan termasuk juga untuk dikonsumsi masyarakat lokal, jadi punya market yang cukup luas. Lalu didukung oleh bahan baku melimpah dan keterampilan masyarakat,” ujarnya. Teten mengimbau sejumlah catatan perbaikan untuk mendorong KUMKM di Gorontalo khususnya yang bergerak di bidang kuliner agar cepat berkembang antara lain manajemen usaha harus ditingkatkan menjadi lebih baik, pengembangan usaha diperluas, pemasaran diperluas, produksi dan higienitas, serta standarisasi produk ditetapkan. Di sisi lain kemasan dan branding produk juga harus benar-benar diperkuat. “Sekarang era kekinian maka produk harus keren. Dan saya melihat semangat kewirausahaan di Gorontalo sangat luar biasa, kami bersama Pemda dan perbankan akan mendorong ini agar lebih maju,” kata Teten. Untuk pembiayaan, ia mengatakan Pemerintah sudah menyediakan fasilitas pembiayaan melalui berbagai program di antaranya Mekaar, Umi, hingga Kredit Usaha Rakyat (KUR). Ketua Kelompok Pengolahan Hasil Agroindustri Jagung ‘Hasrat’ Jufri Harun mengatakan saat ini omset pia jagung yang dijalankan dengan melibatkan para petani plasma sudah mencapai Rp120 juta perbulan. “Kami bermitra dengan petani jagung untuk memastikan bahan baku terjaga,” kata Jufri.   Kain Karawo Teten juga meninjau Koperasi Wanita (Kopwan) Metalik Jaya yang memproduksi kerajinan tangan kain khas bernama karawo. Karawo merupakan seni kerajinan sulam turun temurun yang rumit sejak 1600-an dengan terlebih dahulu mengiris dan mencabut benang dalam kain dengan hitungan yang tepat agar bisa disulam dengan benang warna-warni sesuai motif sehingga dihasilkan kain sulaman yang cantik. Teten mengapresiasi pemilihan nama yang bagus yakni Metalik sayangnya perlu ada perbaikan strategi bisnis sehingga produk Kopwan tersebut bisa menjadi kebanggaan atau ikon Gorontalo. “Pemerintah daerah setiap acara resmi harus pakai kain ini, harus ada gerakan kampanye. Saya dengar banyak permintaan pasar tapi bagaimana ini harus diproduksi dengan untung jadi harus ada strategi bisnis dan target marketnya,” jelasnya. Dia menilai perlunya ada pelatihan untuk meningkatkan kapasitas anggota koperasi dan perajin di dalamnya yang seluruhnya perempuan. “Ini juga basisnya ibu-ibu, di banyak negara yang basis kekuatannya ibu-ibu pasti sukses, sudah benar kalau mau mengentaskan problem ekonomi di setiap daerah memang ibu-ibu ini diberdayakan,” kata Teten di hadapan puluhan perajin perempuan yang hadir. Teten sekaligus berjanji akan mengirimkan konsultan bisnis, branding, dan disain agar produk kain karawo bisa diterima segmen pasar yang lebih luas termasuk milenial. Ia bahkan memesan khusus kain untuk Presiden Jokowi sehingga jika ada kesempatan dalam sebuah acara Presiden bisa turut mengenakan kain karawo asal Gorontalo agar bisa sekaligus mempromosikannya. Sementara itu, Ketua Kopwan Metalik Jaya Ningsih Arif mengatakan sampai saat ini anggota koperasinya terus berkembang namun dari sisi omset masih relatif kecil yakni Rp50 juta pertahun. “Salah satunya karena pemasaran belum luas, dalam beberapa waktu terakhir sudah mulai dikembangkan pemasaran melalui online tapi belum maksimal,” katanya. Kopwan Metalik Jaya selama ini mewadahi para ibu di sekitar kampung untuk menghasilkan kain karawo yang bisa rampung menjadi produk kerajinan memakan waktu berhari-hari bahkan sebulan misalnya untuk sebuah hiasan dinding bergambar burung Garuda Pancasila. Pada kesempatan yang sama Wakil Gubernur Idris Rahim mengatakan pada dasarnya pelaku koperasi dan UMKM di Gorontalo menghadapi tiga kendala yang sering menghambat kemajuan mereka. “Kendala utamanya ada tiga yaitu dari sisi pembiayaan, manajemen usaha dan keuangannya, lalu pemasaran,” kata Idris. (mam)