Kementerian Digandeng Pecahkan Masalah Peternakan Susu

Kemennkop dan Susu
Kemennkop dan Susu
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop dan UKM) menyatakan berbagai masalah koperasi susu telah dipetakannya. Bahkan, hal ini telah dibicarakan dengan  Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI). “Kebangkitan koperasi susu sangat diharapkan untuk menguatkan ekonomi rakyat,” kata Menteri Koperasi dan UKM (Kemenkop dan UKM) Teten Masduki usai meninjau Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) di Lembang, Bandung, Jawa Barat (Jabar), Selasa (24/12/2019). Masalah-masalah yang dimaksud adalah kebutuhan peremajaan indukan sapi yang berkualitas, agar produktifitas petani meningkat. Kemudian, masalah kebutuhan lahan untuk pakan ternak dan pembiayaan. "Saya akan berkoordinasi dengan beberapa kementerian, terutama untuk mengakses lahan milik PTPN sebagai lahan pakan ternak dan menyangkut impor indukan, dan sebagainya,” ujarnya. Kerjasama lintas sektor mesti dilakukan guna memanfaatkan lahan perhutanan sosial untuk hijauan. Salah satu bentuk kerjasama ini adalah kerjasama dengan industri tepung untuk pengadaan weat pollard sebagai bahan baku konsentrat dan peningkatan mutu genetik melalui pengadaan sapi perah impor. Kemenkop dan UKM juga akan bekerjasama dengan berbagai kementerian seperti Kementerian Pertanian (Kementan) memproduksi susu. Selain itu dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berupa dorongan konsumsi susu bagi anak-anak sekolah guna mengurangi stunting. Konsumsi susu masyarakat baru mencapai delapan juta liter atau di bawah produksi susu nasional hanya sebesar 1,5 juta liter, sehingga ini mesti diimpor oleh pemerintah. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga dilibatkan supaya bisa memanfaatkan lahan-lahan yang idol (menganggur). Terakhir, Lembaga Pembiayaan Dana Bergulir (LPDB) Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUMKM) untuk membiayai UMKM. Pengurus GKSI Unang Sudarma, menambahkan kendala yang dihadapinya adalah pengadaan populasi bibit sapi perah dan kekurangan modal. Hal lainnya adalah bagaimana agar generasi milenial tertarik menjadi peternak sapi. “Usaha sapi perah menjadi usaha yang menarik dengan menggunakan teknologi, tidak terkesan kotor, kumuh dan kampungan," jelasnya. Keluhan peternakan sapi juga disuarakan oleh Yusuf Munawar, Direktur Utama (Dirut) PT Industri Susu Alam Murni berupa kesulitan bibit sapi yang bagus. Apabila berbagai kendala dapat diatasinya, maka biaya produksi dapat diturunkan sampai 25%. "Kapasitas produksi 200 ton dan saat ini baru dimanfaatkan 75%,” tuturnya. Peneliti dari Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran (Unpad) Andre R Daud mengungkapkan permasalahan industri susu sekarang adalah penurunan, harga produk rendah dan biaya produksi tinggi. Selain itu alih fungsi lahan untuk ketersediaan hijauan yang makin berkurang. Dari berbagai persoalan ini disarankan perluasan pemasaran. “Jangan hanya menjual bahan baku susu, tapi bagaimana bisa penyedia bahan jadi atau susu olahan,” tukasnya. (mam)