Hari Lahir Pancasila, Ganjar Serukan Persatuan

Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila tahun 2023 yang berlangsung di lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, tepatnya di Alun-Alun Pancasila Desa Cepogo, Kabupaten Boyolali, Kamis (1/6/2023). (ant)
Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila tahun 2023 yang berlangsung di lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, tepatnya di Alun-Alun Pancasila Desa Cepogo, Kabupaten Boyolali, Kamis (1/6/2023). (ant)

Gemapos.ID (Jakarta) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyerukan semangat persatuan saat upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila tahun 2023 yang berlangsung di lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, tepatnya di Alun-Alun Pancasila Desa Cepogo, Kabupaten Boyolali, Kamis (1/6/2023).

Dengan mengenakan beskap berwarna merah, Ganjar memimpin jalannya upacara Hari Lahir Pancasila dan menegaskan pentingnya menjaga persatuan antar-anak bangsa.

"Peringatan Hari Lahir Pancasila harus menjadi momentum bangsa Indonesia meningkatkan persatuan. Dengan begitu, maka cita-cita founding father kita untuk memajukan bangsa Indonesia akan tercapai," katanya.

Ganjar menyebut Pancasila adalah tonggak utama persatuan bangsa, maka dari itu, Presiden Joko Widodo pada 2016 telah menetapkan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila.

Menurut dia, bangsa Indonesia patut bersyukur karena penetapan itu menjadikan bangsa ini tidak akan melupakan sejarah dan jati dirinya, maka seluruh potensi untuk meraih kemakmuran bisa dioptimalkan.

"Saat ini, kita telah merasakan sendiri buktinya. Kita berhasil menguasai saham mayoritas Freeport, ekspor nikel mentah berhasil kita setop, ekspor bauksit juga dan sebentar lagi kita menyetop ekspor tembaga dan timah," ujarnya.

Sejak tahun 2020 Indonesia selalu mengalami surplus perdagangan di atas 20 miliar dolar AS, bahkan pada tahun 2022 Indonesia berhasil mencetak sejarah dengan surplus perdagangan mencapai 54,46 miliar dolar AS.

"Itulah optimisme yang lahir setelah kita mengenal dan menghargai sejarah," tegasnya.

Ganjar meminta kepada semua masyarakat khususnya kepala desa di Jateng untuk menggali sejarah di wilayahnya masing-masing karena dari situ akan lahir narasi-narasi positif yang akan memperkuat mental dan optimisme warga.

"Setelah narasi dan mental itu terbentuk, maka semua masyarakat akan bergerak optimal demi kemakmuran. Jadi tidak perlu lagi masyarakat desa untuk bekerja ke kota karena di desa rezekinya sudah melimpah," tuturnya.

Orang nomor satu di Jateng itu juga meminta kepada kepala desa untuk melibatkan para tetua dan pemuda, perguruan tinggi serta tentunya pemerintah mulai kabupaten/kota, provinsi sampai pusat untuk bergotong royong, bergandengan tangan bersama untuk mewujudkan itu.

"Karena itulah sejati-nya spirit hidup bernegara kita. Semua bergotong-royong bergandengan tangan tidak memperdulikan perbedaan suku, agama, ras maupun golongan. Karena semua yang berdiri di bawah merah putih memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk menjaga dan mengamalkan Pancasila," ujarnya. (pu)