VIRAL! 67 DNA Ditemukan dalam Tubuh Anak Perempuan Usia 8 Tahun

Gemapos.ID (Jakarta) Seorang anak perempuan berusia 8 tahun di perbatasan Amerika Serikat dan Meksiko yang ditemukan dengan 67 DNA berbeda di dalam dirinya

Cerita anak perempuan perbatasan ini menjadi viral di media sosial setelah dibagikan oleh akun TikTok bernama @familyutopia11.11 pada Sabtu (20/5/2023).

Unggahan Karl Lake pun telah mendapatkan lebih dari 3,3 juta tayangan, 46.000 suka, dan 17.400 twit ulang dari pengguna Twitter. 

Dalam video tersebut mengatakan seorang anak perempuan tersebut diselamatkan di perbatasan dan dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan dokter. Dari pemeriksaan, ditemukan DNA puluhan orang berbeda di tubuhnya.

Cerita ini bermula dari wawancara seorang kandidat kongres Arizona, Jeff Zink, yang bercerita tentang pertemuannya dengan seorang gadis muda di perbatasan Arizona pada tahun 2021.

Zink mengklaim bahwa setelah pemeriksaan dokter, mereka menemukan 67 sampel DNA berbeda di dalam tubuh gadis tersebut.

Namun, kejadian ini belum dapat diverifikasi dan tidak dilaporkan oleh otoritas setempat.

"Jadi ketika kami akhirnya menyerahkan gadis itu dan mereka membawanya ke rumah sakit dan saya berbicara dengan dokter tentang apa yang sedang terjadi, saya mendapat telepon darinya," kata Zink.

"Dan dia berkata 'Pada dasarnya, profesional ke profesional di bidang medis, saya hanya ingin memberi tahu Anda, gadis kecil berusia 8 tahun itu memiliki 67 sampel DNA berbeda di dalam dirinya,'" sambungnya.

Zink melanjutkan, angka 67 adalah jumlah DNA minimal berapa kali dia diperkosa.

Menurutnya, alasan mengapa gadis itu tak dapat berbicara adalah karena dia telah menjerit dan menangis selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu.

Meskipun cerita ini belum terverifikasi, perjalanan melintasi perbatasan Amerika Selatan menuju Amerika Serikat memang berisiko tinggi dan dapat menghadirkan bahaya bagi para imigran.

Kekerasan seksual adalah salah satu ancaman serius yang dihadapi imigran di sepanjang jalur migrasi tersebut.

Laporan dari organisasi medis kemanusiaan dan amal, Doctors Without Borders (MSF), menunjukkan bahwa sebagian besar imigran yang diwawancarai telah mengalami berbagai jenis kekerasan, termasuk kekerasan seksual, selama perjalanan mereka.(da)