Senyum dari Depo Pertamina Plumpang Jakarta Utara

Warga sedang sholat di masjid yang tidak jauh dari lokasi kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Koja, Jakarta Utara, Sabtu (22/4/2023). (ant)
Warga sedang sholat di masjid yang tidak jauh dari lokasi kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Koja, Jakarta Utara, Sabtu (22/4/2023). (ant)

Gemapos.ID (Jakarta) - Sinar matahari pagi itu benar benar menunjukkan keangkuhannya,  menghunjam sepanjang jalan Tanah Merah Bawah, Rawa Badak, Koja, Jakarta Utara.

Jalan itu, Sabtu pagi, begitu sepi tanpa aktivitas. Pejalan kaki bahkan pedagang sayur keliling pun tidak terlihat aktivitasnya.

Hanya sederet warga sedang khusyuk menunaikan shalat di Masjid Tanbihul Ghofilin. Mereka meluber hingga keluar di jalan yang lebarnya hanya dua sampai tiga meter itu.

Sajadah berlapis kardus pun mereka pakai sebagai alas kening kala bersujud kepada Sang Khaliq.

Baju koko dan mukena jadi pembalut badan paling umum yang terlihat di sana. Ada yang baru dan ada yang hanya menggunakan baju lama.

Kondisi di sana begitu tenang dan khusyuk. Tidak ada suara yang terdengar kecuali pengkhotbah yang menyampaikan tausiah lewat pengeras suara.

Mereka begitu serius mendengar kata demi kata pengkhotbah. Bahkan ada yang termenung,  sambil melihat ukiran sajadah.

Ada sepasang anak kecil yang sempat tertawa di tengah kepungan orang dewasa yang sedang mendengarkan khotbah.

Mereka seakan lupa bahwa beberapa meter dari sana ada puluhan bangunan yang hangus akibat peristiwa kebakaran Depo Pertamina Plumpang Koja.

Hampir dua bulan lalu peristiwa itu memberikan kisah hitam bagi hidup warga di sana.  Kendati begitu,  warga tetap berupaya khusyuk shalat memanjatkan doa.

Itulah gambaran sekilas suasana shalat Id yang dijalankan warga korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang Jakarta Utara.

Usai shalat, mereka langsung bubar membawa sajadah masing-masing. Anak-anak ada yang langsung berlarian, yang dewasa jalan dengan tenang sambil menyalami tetangga kanan dan kiri.

Terlihat pula pemandangan satu keluarga yang mampir dari rumah ke rumah untuk bersalaman sambil beradu pipi pertanda mereka sangat dekat.

Sesekali mereka melepas tawa sambil menggenggam gelas  berisi es buah . Sesekali pula mereka menyantap hidangan ketupat di teras rumah seraya menyapa tetangga.


Ada yang sibuk mengambil swafoto di teras rumah dekat masjid, ada pula segerombolan anak anak yang beranjangsana.

Senyum mereka begitu merekah di tengah puing bangunan kebakaran yang mulai rapuh.

Benar-benar suasana usai shalat Id yang hangat dan rukun.

Belum pulih

Apakah mereka memang sudah pulih? Apakah memang mereka sudah beranjak dari kelamnya peristiwa kebakaran yang memakan korban jiwa itu ?

"Kita sebenarnya belum pulih karena kita masih berduka," kata Abdus Syakur, Ketua RW 09 Kelurahan Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Barat.

Duka masih menyelimuti lantaran warganya yang tinggal di RT 12 masih berjuang untuk bertahan hidup. Tercatat ada empat warga yang masih dirawat di RS Pertamina, satu orang diperbolehkan pulang sambil rawat jalan. Ada 16 orang dinyatakan meninggal dunia dalam peristiwa itu.

Memang senyum tidak akan penuh kembali  seperti sebelum ditinggal orang tercinta. Namun demikian, Abdus selaku Ketua RW tetap berusaha memberikan semangat.

Momentum Lebaran  dijadikan sebagai perayaan atas kemenangan dalam melawan nafsu godaan selama satu bulan.

Semangat itulah yang coba ditularkan Abdus kepada warga. Setiap hari, Abdus dan jajaran pengurus RW  berusaha untuk menolong warga yang kesusahan.

Rasa kekompakan itulah yang Abdus tonjolkan demi memberikan semangat kepada warganya bahwa mereka tidak sendirian.

"Saya sering berpesan kepada warga agar terus menjalin kerukunan dan kekompakan. Karena yang kita punya saat ini hanya itu," kata dia.

Semangat itu rupanya diterima baik oleh warga sehingga sampai saat ini mereka bisa kompak menjalankan shalat Id dengan khusyuk dan penuh suka cita.

Abdus juga berupaya agar tradisi yang selalu dilakukan saat Lebaran terus berlanjut, yakni saling bersalam-salaman antarwarga.

 Abdus juga tetap menjalankan tugas sebagai penyambung lidah antara warga dengan pihak PT Pertamina (Persero) yang bertanggung jawab memberikan ganti rugi.

Sejauh ini, Abdus mengaku pihak Pertamina sudah memberikan beberapa bantuan kepada warga.

"Ada 65 KK dan 40 bangunan yang jadi korban. Sejauh ini memang pihak Pertamina sudah memberikan bantuan," kata dia.

Bantuan yang diberikan berupa uang sebesar Rp 5.600.000 untuk biaya kontrakan korban kebakaran selama tiga bulan sekaligus yang saku.

Berapa warga yang keluarganya meninggal dunia juga telah mendapatkan uang santunan sebesar Rp 50.000.000.

Abdus betharap pihak Pertamina yang terkesan diam diam dalam memberikan santunan. Sebab,  apabila ada pertanyaan atau masalah, pintu pertama yang diketuk warga adalah pintu RW.

Abdus berharap ke depan pihak Pertamina mau terbuka dan berkoordinasi dengan pengurus RW saat melakukan proses ganti rugi dalam bentuk apapun.

Sebelumnya, pihak PT Pertamina (Persero)  telah memberikan bantuan berupa biaya kontrak gratis selama tiga bulan kepada para korban kebakaran.

"Bebas, mereka pilih mau dimana nanti dibayarin. Itu (kontrakan) mereka (korban kebakaran) yang mencari, nanti lapor ke Pertamina dan mereka yang akan membayar," kata Wali Kota Jakarta Utara, Ali Maulana Hakim kepada wartawan di Jakarta Utara, Selasa (28/3).

Penggantian biaya kontrakan rumah warga selama tiga bulan dari Pertamina adalah bentuk tanggung jawab Badan Usaha Milik Negara itu terhadap kerusakan rumah warga karena kebakaran.

"Karena rumahnya hangus, kalau tinggal di pengungsian juga enggak bisa lama-lama. Karena bisa jatuh sakit," kata Ali.

Menurut data yang dihimpun di Jakarta Utara, bantuan diberikan kepada warga Rawa Badak Selatan meliputi RW 01 sebanyak 154 KK dan RW 09 sebanyak 66 KK. (pu)