Nasib Monas Gundul, Puluhan Tahun Jadi "Paru-paru" Jakarta, Lenyap di Era Anies

Potret Monas Era Anies (ist)
Potret Monas Era Anies (ist)

Gemapos.ID (Jakarta) - Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto tahun 1973, Monumen Nasional dibangun sedemikian rupa untuk menjadi hutan di tengah kota DKI Jakarta.

Dengan Taman Monas, nama proyek yang dipimpin langsung Ediwan Sukiman itu ditanami ribuan pohon untuk menghijaukan area Monas. Menurut data Litbang Kompas, pada 1973, proyek Taman Monas menanam 1.568 pohon di area Monas.

Pohon tersebut merupakan jenis-jenis pohon besar, seperti palem dan beberapa jenis pohon lainnya yang tidak disebutkan.

2020 Ediwan menjelaskan, tidak hanya 1.568 pohon besar. Ditanam juga pohon pengarah jalan atau pagar yang diambil dari jenis Salix Babylonica sebanyak 350 pohon dan akasia sebanyak 200 pohon.

Sebagai paru-paru Ibu Kota Program pemerintah puluhan tahun silam tersebut bukan tanpa tujuan. Ediwan menjelaskan, pohon rindang dan hijau tersebut akan menjadi tempat masyarakat merasakan rekreasi di tengah kota.

Bukan hanya rindang dan teduh, melainkan tempat rekreasi yang sehat. Dengan adanya pohon-pohon besar, Taman Monas akan terasa sejuk ketika matahari sedang terik.

Pohon besar dan rindang juga tidak mengurangi cahaya yang masuk untuk penerangan Taman Kota. "Tempat rekreasi, tempat-tempat duduk yang nyaman, rerumputan, pohon-pohon rindang sehingga siang hari pun akan tetap sejuk," kata Ediwan.

Meskipun Monas merupakan wilayah yang dimiliki pemerintah pusat, saat itu pengembangan Taman Monas sepenuhnya dibiayai oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Termasuk ribuan pohon yang didatangkan dari luar daerah Jakarta. Ediwan saat itu mengatakan, pohon sengaja didatangkan dari luar Jakarta karena memang Jakarta tidak memiliki stok pohon untuk ditanam di Taman Monas tersebut.

Setelah penanaman pohon yang dilakukan pada tahun 1973 tersebut, Monas memang banyak mengalami perubahan revitalisasi. Pada Juli 1995, Monas kembali direvitalisasi.

Tetapi, tidak mengorbankan pohon-pohon yang tumbuh selama puluhan tahun tersebut. Dalam pengembangannya, penanaman pohon baru justru digalakkan dalam jumlah besar.

Saat itu revitalisasi kawasan Taman Monas yang sudah berubah nama menjadi Taman Medan Merdeka tidak berbeda jauh dari rencana induk yang dibuat Presiden Soeharto. Dalam rencana induk penataan kawasan Monas, semua jalan beraspal selebar 50 meter yang mengelilingi Tugu Monas akan diubah menjadi taman.

Sebagai penggantinya, akan disediakan jalan yang terbuat dari batu-batu. Perluasan taman ini untuk mendukung keagungan Tugu Monas.

Selama bertahun-tahun, tidak ada gubernur yang berani membabat ratusan pohon yang sudah ditanami selama puluhan tahun itu. Namun, tidak pada masa pemerintahan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Sebanyak 205 pohon di sisi selatan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, telah dicabut dari tempatnya dan dipindahkan ke tempat lain di kawasan itu. Lahan di lokasi itu, Senin (20/1/2020) siang, tampak gundul.

Pohon-pohon yang sebelumnya memenuhi sisi selatan Monas tidak terlihat. Yang tampak hanya tanah merah. Selain itu, ada pagar besi yang mengelilingi kawasan tersebut. Tampak pula beton-beton sedang dibangun di dalam pagar itu. Kepala Unit Pelaksana Teknis Monas Isa Sanuri mengatakan, kawasan Monas sedang dalam pengerjaan revitalisasi.

Isa mengatakan, ada 150 pohon ukuran besar dan 55 ukuran pohon kecil yang ditebang terkait dengan proyek revitalisasi itu.

"Itu sebenarnya bukan ditebang begitu saja. Jadi pohon-pohon itu akan dipindahkan. Kalau tidak bisa dipindahkan, akan kami buat baru (pohon-pohon)," kata Isa.

Isa menambahkan, sebanyak 150 pohon akan dipindahkan ke pelataran selatan. Sementara itu, 55 pohon kecil dipindahkan ke bagian timur dan barat. "Yang jelas tidak sekadar dipindahkan, tapi kami jadikan ruang terbuka hijau," kata dia.