Berikut Pengakuan Kandidat Doktor Ilmu Falak Tentang Belajar di Arab Saudi

“Semangat dan niat untuk berziarah di dua kota suci tersebut menjadi niat pertama dan utama sehingga memilih untuk kemudian melanjutkan studi ke Saudi Arabia,” kata Kandidat Doktor Program Strata Tiga (S3) Jurusan Ilmu Sains, King Abdulazis University, Jeddah, Ustadz Andi Muhammad Akhyar.
“Semangat dan niat untuk berziarah di dua kota suci tersebut menjadi niat pertama dan utama sehingga memilih untuk kemudian melanjutkan studi ke Saudi Arabia,” kata Kandidat Doktor Program Strata Tiga (S3) Jurusan Ilmu Sains, King Abdulazis University, Jeddah, Ustadz Andi Muhammad Akhyar.

Gemapos.ID (Jakarta) - Kandidat Doktor Program Strata Tiga (S3) Jurusan Ilmu Sains, King Abdulazis University, Jeddah, Arab Saudi, Ustadz Andi Muhammad Akhyar, memilih studi di sana ketimbang negara-negara Eropa lantaran kerinduan yang besar bisa menginjakkan kaki sekaligus berziarah di Makkah dan Madinah.

Walaupun, kiblat Ilmu Sains dinilai sebagian orang adalah perguruan tinggi di Jepang dan Eropa. 

“Semangat dan niat untuk berziarah di dua kota suci tersebut menjadi niat pertama dan utama sehingga memilih untuk kemudian melanjutkan studi ke Saudi Arabia,” katanya. 

Hal ini disampaikannya dalam ‘Bincang Mahasiswa Seputar Ramadhan 1444 H: Suka Duka Puasa di Negeri Orang’ yang digelar oleh Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (LDMI) pada Sabtu (8/4/2023).

Kegiatannya juga terlaksana berkat kerjasama dengan MISC Network, Mujahid Dakwah dan Pondok Multimedia Insan Rabbani yang disiarkan secara langsung melalui Youtube Ummat TV.

“Kampus saya King Abdulazis University ini menjadi kampus terbaik di Timur Tengah dan masuk 100 universitas terbaik di dunia, bahkan belum ada kampus-kampus di Indonesia yang mampu mencapai 100 terbaik di dunia,” ujarnya. 

Kanda Akhyar merupakan lulusan S1 Universitas Negeri Makassar dan S2 Universitas Gajah Mada. Dia bisa menempuh S3 Jurusan Ilmu Falak berkat beasiswa dari Kementerian Pendidikan Saudi Arabia pada Juli 2022 yang berangkat lima bulan kemudian ke Saudi Arabia. 

“Ada pertimbangan ibadah di dalamnya selain untuk berumrah dan berhaji, selain itu ada keinginan untuk melanjutkan pendidikan ditempat yang berkualitas maka saya memilih untuk mendaftar di kampus King Abdulaziz University,” ucapnya. 

Menyoal duka yang paling dirasakan selama kuliah di Saudi, ujar Kanda Akhyar, adalah jauh dari keluarga pada saat Ramadhan. 

Jarak antara Saudi dan Makassar sekitar 9.000 kilometer (Km) dengan waktu tempuh menggunakan pesawat selama 10 jam. Biaya yang mesti dikeluarkannya sekitar Rp24 juta pulang pergi (PP). 

Dia mengaku jarak tempat tinggalnya, Jeddah ke Masjidil Haram hanya 80 Km yang dapat ditempuh selama satu jam menggunakan bus dan 30 menit menggunakan kereta.

Dirinya bersyukur berpeluang memperoleh pahala sholat sebanyak 100.000 kali di Masjidil Haram dibandingkan dengan masjid di Indonesia. Pasalnya, satu kali sholat di Masjid Nabawi sama dengan 1.000 kali di masjid umum.

“Satu kali sholat di masjidil haram sama dengan 100.000 kali masjid umum, begitupun dengan umrah dan saya rencana beri'tikaf di masjidil haram di 10 hari terakhir,” ucapnya. 

Ketua PP LIDMI Periode 2015-2017 tersebut berharap bisa memperoleh nikmat bisa menempuh pendidikan di Arab Saudi sejak 2012. Namun, ini bisa diwujudkan pada 2023 dengan beasiswa penuh dengan persiapan selama empat tahun. 

“Jangan pernah henti berharap dan berdoa untuk setiap cita-cita yang kita inginkan. Entah kapan semua akan terkabulkan, teruslah gantungkan harapan itu kepada Allah. Karena Allah tahu kapan waktu tepat untuk menjawab setiap doa-doa kita,” tuturnya. 

Kanda Akhyar berpesan bagi seluruh masyarakat yang  ingin kuliah agama di Saudi, maka bekal yang penting adalah menguasai bahasa Arab. 

Jika jurusan umum maka bahasa Inggris yang dibuktikan oleh sertifikat IELTS, karena lebih luas jangkauannya dibandingkan dengan TOEFL.

“Jika persyaratan bahasa sudah terpenuhi maka kita tinggal menunggu waktu pandaftarannya buka, dan biasanya membutuhkan satu tahun lebih persiapan,” ujarnya. (adm)