PSSI Jadi Korban Pembatalan Tuan Rumah Piala Dunia U20

Erick Thohir (ist)
Erick Thohir (ist)

Gemapos.ID (Jakarta) - Perjuangan Ketua PSSI Erick Thohir mempertahankan hak tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 agar tetap digelar di Indonesia dianggap sudah maksimal.

Tingkat kepuasan itu merupakan hasil jajak pendapat Lingkar Survei Indonesia (LSI) terhadap upaya Erick Thohir mewujudkan pelaksanaan Piala Dunia U-20 2023.

Piala Dunia U-20 2023 batal digelar di Indonesia setelah FIFA mencabut hak tuan rumah Indonesia. Pencabutan itu karena penolakan pemerintah terhadap Israel sebagai salah satu peserta.

Setelah FIFA membatalkan drawing Piala Dunia U-20 2023 di Bali, Indonesia dalam bayang-bayang hukuman FIFA. Rilis FIFA yang mencabut hak tuan rumah Indonesia juga mencantumkan ancaman sanksi.

Beruntung bagi Indonesia, dari isu soal sanksi skorsing dari FIFA, Indonesia hanya mendapat sanksi ringan berupa pembekuan dana FIFA Forward.

Berdasarkan survei LSI, sebanyak 80,6 persen suara meyakini Erick Thohir berjuang maksimal agar FIFA tidak mencabut status tuan rumah Piala Dunia U-20 dari Indonesia. Sedangkan persentase suara yang tidak puas dengan upaya lobi Erick hanya sebesar 12,9 persen.

"Jika melihat usaha apa yang dilakukan Erick Thohir sudah maksimal. Masyarakat juga menilai hal itu dan saya sependapat. Hanya saja pemerintah tidak bisa mengontrol aksi-aksi politisi kita menyangkut soal isu penolakan Israel," kata pengamat sepak bola Kesit B Handoyo.

Akibat aksi-aksi yang tidak bisa dikendalikan itu, Kesit menilai PSSI menjadi korban. Kesit mengatakan situasinya tidak akan separah ini jika bisa diantisipasi sejak awal.

"Seandainya tegas sejak awal, situasinya tidak akan semakin parah. PSSI jadi korban. Dalam situasi yang begini, meski sudah maksimal, sulit bagi Erick Thohir untuk memperbaiki keadaan. Meski demikian, kita patut bersyukur, FIFA tidak menjatuhkan sanksi berat," ucap Kesit.

Pengamat sepak bola lain, M Kusnaeni beranggapan pemerintah perlu memberikan dukungan penuh kepada para pemangku kepentingan olahraga agar perkembangan olahraga di Indonesia makin maksimal.

"Ironis juga orang seperti Erick Thohir yang sudah berjuang maksimal, dan sejalan dengan arahan Presiden, tidak mendapat dukungan dari sektor lain. PSSI dan pengurus olahraga lain harus duduk satu meja dengan pemerintah. Kita harus putuskan posisi olahraga ke depan seperti apa," ujar Kusnaeni.

Di luar perjuangan Erick Thohir, jajak pendapat tersebut juga membahas soal urusan olahraga tidak dicampur dengan masalah politik. Sebanyak 79,6 persen menjawab setuju, sedangkan 12,0 persen menjawab tidak/kurang setuju.

Selain itu, sebanyak 64,1 persen menyayangkan penolakan yang terjadi sehingga FIFA membatalkan status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia, sedangkan 28,7 persen menjawab tidak masalah FIFA membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah.

"Aturan main di olahraga sudah jelas, berbeda dengan politik. Jika mau jadi tuan rumah hajatan besar olahraga, kita tidak bisa menolak negara-negara yang tidak punya hubungan diplomatik untuk datang dan bertanding," tutur Kusnaeni.