Komposisi Pengurus DPP Partai Demokrat

IMG_20200420_202036
IMG_20200420_202036
Gemapos.ID (Jakarta) - Pengamat Politik Khoirul Umam mengungkap makna komposisi susunan kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat di masa kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Menurut dia, komposisi itu adalah untuk menunjukkan bahwa AHY hendak menjaga basis suara loyalis Demokrat. "Di level pejabat teras, komposisi elit pimpinan Partai Demokrat di bawah kepemimpinan AHY ini menunjukkan bahwa ia hendak menjaga basis pemilih loyal Demokrat, yang saat ini berada pada tiga wilayah utama, yakni Nangro Aceh Darusalam (NAD), Jawa Timur dan Papua," ujar Umam melalui pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu. Umam berpendapat, itulah alasan pemilik suara tertinggi di Pemilu Legislatif di Aceh 2019 lalu Teuku Riefky Harsya ditunjuk menjadi Sekretaris Jenderal, Pelaksana tugas Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur Renvill Antonio ditunjuk sebagai Bendahara Umum, dan juga William Wandik yang juga Anggota DPR RI dari Papua ditempatkan di jajaran elit Wakil Ketua Umum. Ketika memilih Wakil Ketua Umum juga, kata Umam, AHY seperti mencoba memperkuat pencapaian elektoral partainya dengan membagi posisi Wakil Ketua Umum berdasarkan enam wilayah teritorial, yakni Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, dan Papua-Kepulauan Maluku. "Dengan pembagian tersebut, para Wakil Ketua Umum bisa lebih mudah diarahkan untuk mengefektifkan kerja koordinasi, mobilisasi dan kerja-kerja politik lainnya di basis wilayah masing-masing. Dengan perencanaan kinerja yang jelas, ukuran kinerja dan proses eksekusi yang optimal, kinerja partai bisa dioptimalkan," kata Umam. Menurut Direktur Paramadina Public Policy Institute (PPPI) itu, Partai Demokrat di bawah kepemimpinan AHY memiliki tantangan besar untuk menaikkan tingkat elektoral bagi partai penguasa 2004-2014 tersebut. Sebagaimana diketahui, puncak prestasi Partai Demokrat terjadi pada Pemilu 2009 dimana mesin partainya mendapatkan perolehan suara sebesar 20,85 persen. Rekor capaian tersebut belum pernah terpecahkan hingga Pemilu 2019 lalu. Namun, seiring dengan dinamika politik yang terjadi, elektabilitas Partai Demokrat mengalami penurunan selama dua Pemilu terakhir, yakni 2014 dan 2019. Pada Pemilu 2014, Demokrat mendapatkan suara 10,19 persen, dan di Pemilu 2019 mendapatkan suara 7,77 persen. "Hal itu menjadi tantangan bagi kepengurusan baru Partai Demokrat di bawah kepemimpinan AHY untuk menguji efektifitas kinerjanya untuk mengkonversi tingginya popularitas AHY menjadi kenaikan elektabilitas partainya," kata Umam.(ANT/AAN)