Media Asing Dan Kekebalan Misterius Bali

images - 2020-04-20T150853.372
images - 2020-04-20T150853.372
Gemapos.ID (Denpasar) - Sejatinya, sorotan media asing untuk Bali bukanlah hal yang berlebihan, karena Pulau Dewata memang bukan hanya "milik" Indonesia, namun "secuil surga di dunia" itu merupakan kawasan wisata dunia. Bahkan, fakta secuil apapun tentang Bali akan selalu menjadi sorotan media global, karena itu Pulau Dewata harus selalu responsif terhadap perhatian dunia kepadanya dengan tanggapan yang korektif secara positif. Sorotan paling akhir terhadap fenomena yang terjadi di Pulau Seribu Dewa itu dilakukan Kantor Berita Asia Times melalui pemberitaan berjudul "Bali's Mysterious Immunity to Covid-19" yang diterbitkan pada Selasa (14/4/2020). Dalam pemberitaan tentang jumlah kasus dan korban meninggal akibat Virus Corona baru atau COVID-19 di Bali yang terhitung sedikit dibandingkan dengan wilayah lain itu, Kantor Berita itu mencantumkan kesaksian salah satu warga Bali. "Saya juga merasa bingung, karena itu tidak masuk akal," kata Rio Helmi seorang blogger di sekitar kota pegunungan Ubud tentang kasus COVID-19 di Indonesia yang pertama diduga berasal dari orang Jepang yang tinggal di Malaysia, sedangkan kawasan wisata seperti Bali itu cukup tinggi persinggungannya dengan Warga Negara Asing (WNA). Asia Times merujuk sumber-sumber diplomatik bahwa masih ada 5.000 warga Australia di Bali, banyak penduduk yang memiliki bisnis atau hidup dalam masa pensiun. "Itu adalah blok terbesar orang asing, tetapi ada juga ribuan lain di pulau wisata legendaris itu," tulis Asia Times. Akhirnya, minimnya kasus COVID-19 di Bali itu pun disebut fenomena "kekebalan yang misterius". Sorotan itu pun ditambahi dengan kutipan data dari laman Covid19.go.id sampai hari Kamis (16/4/2020). Data itu mencatat Pulau Dewata memiliki total 113 kasus dengan dua korban meninggal dunia dan 32 pasien dinyatakan sembuh. Angkat tersebut sangat jauh bila dibandingkan dengan keseluruhan data untuk Indonesia yang tercatat mencapai 5.516 kasus positif dan 496 orang meninggal dunia. Asia Times juga mencatat tidak ada kabar rumah sakit meluap, peningkatan tajam dalam kremasi atau bukti anekdotal lainnya, padahal ada ribuan warga asing di antaranya, bahkan di Desa Pererenan yang sempat viral dengan kasus pesta oleh WNA secara diam-diam di tengah pandemi, juga belum ada kasus COVID-19 di desa wisata dan olahraga air itu. Padahal, Asia Times mencatat jumlah wisatawan yang datang ke Bali dan berasal dari China meningkat tiga persen selama Januari 2020, sedangkan pada bulan tersebut terjadi ledakan kasus COVID-19 di Wuhan, China, bahkan mereka masih tiba sampai 5 Februari 2020. Agaknya pandangan seorang warga Bali yang dirangkum dengan "mozaik" data dari berbagai sumber yang dilakukan kantor berita berbahasa Inggris dengan basis di Hong Kong itu agaknya menarik itu didekatkan dengan sejumlah fakta juga, agar tidak menjadi hyper reality atau realitas yang dilebih-lebihkan. Diakui atau tidak, sejumlah WNA atau turis mancanegara masih berada di Bali, namun pemandangan yang ada justru kawasan Kuta yang biasanya banyak "dihuni" WNA tampak sepi sejak awal Maret 2020. "Situasi di Kuta sekarang sangat sepi, karena banyak hotel, restoran, dan swalayan yang tutup, apalagi kawasan pantai juga ditutup," kata warga Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Haris, saat ditemui di kawasan Pantai Kuta, Kabupaten Badung, Bali (12/4/2020). Meski sepi, ia mengaku masih melihat 2-3 turis yang berjalan kaki di sepanjang jalan di dekat kawasan Pantai Kuta. "Kalau sebelumnya sih banyak turis, tapi 2-3 turis masih ada. Anehnya, mereka jalan kaki tanpa masker, padahal orang asing biasanya lebih disiplin terkait kesehatan. Saya sudah pernah mengingatkan seorang turis, tapi dia tetap asyik berjalan terus," katanya. Bahkan, suasana Pulau Bali yang lengang itu terjadi sejak pemerintah menerapkan social distancing (jaga jarak dari aktivitas sosial) untuk mencegah penyebaran COVID-19 pada 16 Maret 2020, meski aktivitas masyarakat Pulau Dewata masih terlihat "hidup" seperti biasanya. "Kawasan ini biasanya macet, bahkan kendaraan hanya berjalan satu meter, berhenti, lalu jalan lagi, dan berhenti lagi, saking macetnya, tapi sekarang hanya ada 2-3 kendaraan yang melintas, jadi longgar," kata Indra, warga yang melintasi Jl Imam Bonjol, Denpasar (19/3/2020). Tidak hanya itu ia mengaku saat berbelanja di pusat oleh-oleh di kawasan Kuta, Kabupaten Badung, pun tidak terlalu padat pengunjungnya. "Masuk area pusat oleh-oleh sini biasanya antre dan di dalam juga berjubel, tapi sekarang tidak banyak pembelinya," katanya. (ANT/AAN)