REI Menanti Kenaikan Harga Rumah Bersubsidi dari Pemerintah

"Sudah 3 tahun harga rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tidak naik. Ditambah beban impact kenaikan BBM, tentu sudah sangat ditunggu-tunggu teman-teman pengembang," kata Waketum REI DPP Bambang Ekajaya pada Selasa (28/2/2023).
"Sudah 3 tahun harga rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tidak naik. Ditambah beban impact kenaikan BBM, tentu sudah sangat ditunggu-tunggu teman-teman pengembang," kata Waketum REI DPP Bambang Ekajaya pada Selasa (28/2/2023).

Gemapos.ID (Jakarta) - Real Estate Indonesia (REI) menunggu pengumuman kenaikan harga rumah subsidi yang akan dilakukam pemerintah pada Februari 2023. Namun, sampai hari ini belum dilakukannya. 

"Sudah 3 tahun harga rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tidak naik. Ditambah beban impact kenaikan BBM, tentu sudah sangat ditunggu-tunggu teman-teman pengembang," kata Waketum REI DPP Bambang Ekajaya pada Selasa (28/2/2023).

"PR pemerintah lagi banyak. Perumahan, subsidi listrik, dan lain-lain. Harusnya Maret final (kenaikan harga rumah subsidi)," ujarnya. 

Semula REI mengusulkan kenaikan sebesar 10%, akibat dari kenaikan harga BBM pada September lalu. Kemudian dari hasil diskusi, keluarlah angka 7% sebagai bentuk kompromi antara pengembang dan daya beli konsumen. 

Namun kabar terbarunya, kenaikannya menjadi 4,89%, padahal kenaikan harga bahan bangunan imbas dari BBM mencapai 30%. Namun, REI harus tetap mempertimbangkan daya beli MBR, sekaligus beban para pengembang sebagai mitra strategis pengadaan rumah MBR.

"Dan tidak mungkin kami yang mensubsidi konsumen, harus balance. Semoga ada final decision yang bijak untuk kedua pihak, konsumen dan developer. Selain harga tentu yg harus disiapkan pemerintah adalah ketersediaan KPR Subsidi yang cukup agar backlock perumahan pemerintah bisa berkurang," ujarnya.

Sementara itu, pengamat dan ahli properti Steve Sudijanto mengatakan kenaikan harga rumah merupakan hal yang wajar karena harga komponen bahan bangunan juga mengalami naik. 

Namun, kenaikan hanya 4,89% dari besaran 7% yang disosialisasikan sebelumnya dapat diadaptasi para pengembang.

"Karena salah satu syarat utama untuk survival adalah beradaptasi. Pengembang pasti punya formula khusus untuk bisa beradaptasi dalam kondisi saat ini," ujarnya. .

Saat ini sudah banyak komponen bangunan yang bagus dan environment friendly tersedia di dalam negeri. Jadi, beban biaya para pengembang bisa berkurang lantaran tak perlu impor untuk bahan rumah MBR, kenaikan harga pun bisa diakomodir sesuai inflasi.