Apa Sih Manfaat BUMN Melantai di Bursa Saham, Hanya Komersialisasi?

"BUMN tersebut bagus-bagus. Laporan keuangan bagus, kinerja meningkat," kata Pengamat pasar modal Irwan Ariston Napitupulu di Jakarta pada Sabtu (11/10/2023).
"BUMN tersebut bagus-bagus. Laporan keuangan bagus, kinerja meningkat," kata Pengamat pasar modal Irwan Ariston Napitupulu di Jakarta pada Sabtu (11/10/2023).

Gemapos.ID (Jakarta) -  Pengamat pasar modal Irwan Ariston Napitupulu menilai banyak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sukses menjadi perusahaan terbuka seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Mandiri, Aneka Tambang (Antam), dan Bukit Asam (PTBA)

"BUMN tersebut bagus-bagus. Laporan keuangan bagus, kinerja meningkat," katanya di Jakarta pada Sabtu (11/10/2023). 

Salah satu kunci perusahaan yang masuk lantai bursa yakni saat initial public offering (IPO) dan valuasi.

Jika harga yang ditawarkan kompetitif, maka akan menarik bagi calon investor seperti BRI saat IPO banyak yang memperebutkan sahamnya.

Iwan menyarankan dana yang diperoleh dari IPO harus dipergunakan sebagai modal dan investasi. Jadi perusahaan menjadi sehat dan tidak bermasalah.

"Dengan demikian, dana yang diperoleh dipergunakan secara optimal untuk meningkatkan belanja modal dan investasi. Hal ini berbeda pada perusahaan yang awalnya bermasalah, misal IPO untuk menyelamatkan dari banyaknya utang," ucapnya. 

Jika sejak awal sudah sehat, maka kinerja akan semakin membaik ketika menjadi perusahaan terbuka, seperti BRI, BNI, Bank Mandiri, Antam, dan Bukit Asam. 

"Kinerja emiten-emiten perbankan tersebut sangat baik. Dari Laporan Keuangan kan kelihatan. Sedangkan yang tambang, juga bagus. Bisa jadi karena harga internasional memang sedang bagus," ucapnya. 

Salah satu faktor yang berperan meningkatkan kinerja emiten, adalah prinsip transparansi, karena dengan keterbukaan, perusahaan lebih terkontrol.

"Kalau belum go public, kan tidak ketahuan, apakah ada penyimpangan atau tidak, tetapi kalau sudah go public, akan terpantau sehingga lebih profesional. Itu yang membuat kinerja meningkat dan mudah-mudahan lebih efisien," ujarnya. 

Menyoal kepemilikan saham, ujar Irwan Ariston Napitupulu, diharapkan tidak berubah dan tidak akan beralih ke pihak swasta atau asing. Jadi, jumlah saham yang dilepas relatif kecil seperti sekitar 20%-30%. 

"Dengan kondisi ini, tidak mengubah juga garis kebijakan perusahaan induk. Mayoritas masih BUMN, pemerintah. Untuk investor, istilahnya hanya kebagian rezeki saja," ujarnya.

Bahkan, para karyawan juga bisa memiliki saham emiten tempat mereka bekerja melalui koperasi karyawan atau mengajukan ke direksi.

Pendapat yang sama diutarakan pengamat pasar modal Adler Haymans Manurung bahwa banyak BUMN masuk lantai bursa yang menuai sukses lantaran melakukan prinsip keterbukaan.

"Banyak keuntungan dengan IPO. Salah satunya perusahaan akan menjadi transparan terutama pada Laporan keuangan. Kondisi ini akan memicu kinerja perusahaan dan pada akhirnya karyawan juga diuntungkan," ujarnya. 

Dengan transparansi publik bisa mengetahui kinerja keuangan perusahaan termasuk karyawan juga bisa melihat laporan tersebut.

Hal itu berbeda pada perusahaan tertutup atau belum IPO yang direksi tidak perlu menunjukkan laporan kinerjanya. Jadi, karyawan juga tidak bisa melihat kinerja perusahaan.

"Dan dengan mengetahui kondisi perusahaan, mereka bisa mempertimbangkan, apakah sudah saatnya meminta kenaikan gaji. Selain itu, karyawan bahkan bisa membeli saham perusahaan," ujarnya. (ant/mau)