Berikut Pandangan Cisco Indonesia atas Perubahan Pekerjaan Secara Hibrid

"Di tahun mendatang, pekerjaan hybrid akan memaksa industri dan perusahaan dengan ruang kerja fisik untuk memikirkan kembali ruang kerja mereka agar dapat mendorong lingkungan yang inklusif," kata Managing Director Cisco Indonesia Marina Kacaribu di Jakarta pada Rabu (8/2/2023).
"Di tahun mendatang, pekerjaan hybrid akan memaksa industri dan perusahaan dengan ruang kerja fisik untuk memikirkan kembali ruang kerja mereka agar dapat mendorong lingkungan yang inklusif," kata Managing Director Cisco Indonesia Marina Kacaribu di Jakarta pada Rabu (8/2/2023).

Gemapos.ID (Jakarta) - Cisco Indonesia menilai perusahaan perlu menata dan memikirkan kembali perubahan ruang kerja dari selama ini hanya mengandalkan ruang fisik ke ruangan hibrid akibat digitalisasi.

"Di tahun mendatang, pekerjaan hybrid akan memaksa industri dan perusahaan dengan ruang kerja fisik untuk memikirkan kembali ruang kerja mereka agar dapat mendorong lingkungan yang inklusif," kata Managing Director Cisco Indonesia Marina Kacaribu di Jakarta pada Rabu (8/2/2023).

Dengan demikian, kolaborasi akan terjadi semakin erat antara departemen Teknologi Informasi (TI), Sumber Daya Manusia (SDM), dan fasilitas yang diawali dengan mengintegrasikan fitur-fitur inklusif.

Fitur itu dapat berupa kecerdasan audio bertenaga Artificial Intelligent (AI), background noise cancellation atau peredam kebisingan, pembaruan kebijakan karyawan dan pedoman perusahaan.

Langkah ini guna memastikan semua karyawan mendapatkan imbalan yang adil pada jangka panjang di mana saja mereka bekerja.

Survei Dimensional Research pada 2020 berjudul ‘The Rise of the Hybrid Workplace’ menyebutkan peningkatan signifikan pada karyawan yang bekerja dari rumah. 

Saat ini sebanyak 98% rapat akan diikuti sedikitnya satu peserta secara jarak jauh, tapi hanya 6% dari ruang rapat dan ruang kelas di seluruh dunia yang memiliki fitur video.

Dari survei juga menyebutkan sebanyak 91% pekerja di Indonesia mengatakan mereka ingin bekerja dengan model kerja hibrid atau sepenuhnya jarak jauh pada masa depan. Hal ini menunjukkan bahwa bisnis saat ini harus menjembatani kesenjangan dalam normalitas kerja yang baru.

Marina Kacaribu meneruskan pembangunan fondasi digital yang kuat pada era digital didasarkan riset Cisco bahwa sekitar 67% responden di Indonesia sering mengalami konektivitas. 

Kondisi ini dapat menghambat karier para pekerja jarak jauh, sehingga 28% pekerja mengatakan perusahaan masih membutuhkan infrastruktur jaringan yang tepat.

"Seiring dengan semakin terdistribusinya organisasi dan pengguna, kebutuhan akan akses ke aplikasi di mana saja dan kapan saja membutuhkan transformasi jaringan untuk menghadirkan konektivitas tanpa gangguan dengan tetap menjaga keamanan,” ujarnya. 

Apalagi, studi Institut Teknologi Bandung (ITB) menyebutkan bisnis dan layanan yang digerakkan oleh 5G diproyeksikan dapat memberikan kontribusi sekitar Rp2,8 kuadriliun kepada perekonomian pada 2030. 

Sementara itu Cisco menilai kombinasi Wi-Fi 6 dan 5G akan merevolusi cloud baru, edge, dan Internet of Things (IoT). Selain itu membuka masa depan konektivitas yang baru bagi hampir semua industri.

Dampak dari adopsi ini disebutkan Harvard Business Review bahwa separuh lebih perusahaan yang memiliki tujuan yang memperolej pertumbuhan bisnis sebesar 10% lebih besar dibandingkan dengan 42% perusahaan yang tidak memiliki tujuan yang kuat.

"Di Indonesia, hal ini dapat terwujud dalam bentuk kemitraan antara perusahaan publik dan swasta yang akan bekerja sama dalam menentukan kerangka kerja dengan pelaporan Environmental, Social and Governance (ESG), standar pengungkapan informasi, peraturan, dan target keberlanjutan," ucap Marina Kacaribu. (mau)