Puluhan Remaja Terjaring operasi di Surabaya Dikirim ke Sekolah Kebangsaan

Petugas Satpol PP membagikan makanan kepada para remaja saat sahur di perkampungan Kota Surabaya, Minggu (17/4/2022). (ant)
Petugas Satpol PP membagikan makanan kepada para remaja saat sahur di perkampungan Kota Surabaya, Minggu (17/4/2022). (ant)

Gemapos.ID (Jakarta) - Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, mengirimkan 78 remaja, yang pernah terjaring operasi ketertiban oleh Tim Asuhan Rembulan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), untuk mengikuti Sekolah Wawasan Kebangsaan.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, dalam keterangan yang diterima di Surabaya, Kamis (2/2/2023), mengatakan puluhan remaja tersebut nantinya akan dinobatkan sebagai Duta Pemkot Surabaya.

"Ada sekitar 78 anak yang ikut Sekolah Wawasan Kebangsaan. Kami izinkan ke sekolahnya, setelah itu kami jadikan Duta Pemkot Surabaya untuk mengajak teman-temannya masuk ke alam Sekolah Wawasan Kebangsaan. Insya Allah, Februari sudah mulai," kata Eri Cahyadi.

Menurut dia, program tersebut bertujuan agar para remaja yang pernah bermasalah terkait ketertiban itu bisa mengajarkan nilai-nilai kebangsaan, sekaligus mengajak anak muda lain mengikuti Sekolah Wawasan Kebangsaan.

Dengan demikian, Eri berharap tingkat kenakalan remaja di Kota Surabaya bisa diminimalkan dan dikendalikan.


Dalam proses pembelajaran di Sekolah Wawasan Kebangsaan, Eri menjelaskan Pemkot Surabaya bekerja sama dengan TNI dan Polri. Kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) Sekolah Wawasan Kebangsaan itu akan dilaksanakan di lingkungan TNI dan Polri.

Selain itu, Eri juga telah meresmikan Rumah Bhinneka di Kota Surabaya untuk mewadahi berbagai kegiatan toleransi antarumat beragama, suku, ras, dan golongan dalam menjaga iIdeologi Pancasila di Kota Surabaya.

Rumah Bhinneka juga menjadi tempat berkumpul dan berdiskusi untuk melakukan pembauran, menjaring aspirasi masyarakat, serta merangkul berbagai kalangan masyarakat, khususnya di Kota Surabaya.

"Kalau terjadi kenakalan remaja ini berasal dari suku bermacam-macam, maka pendekatannya harus secara kultural. Siapa yang paling dekat adalah yang mewakili sukunya yang ada di Surabaya, untuk datang ke masing-masing sukunya memberikan penguatan persaudaraan, dan mengajak mereka untuk menjaga Surabaya," ujar Eri Cahyadi. (pu)