Setelah Sentuh Tertinggi 7-minggu, Harga Minyak Stagnan Beragam Dipicu Prospek China

Ilustrasi: Tambang Minyak Mentah
Ilustrasi: Tambang Minyak Mentah

Gemapos.ID (Jakarta) - Harga minyak menetap beragam pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB) setelah investor menguangkan dari lompatan ke level tertinggi tujuh minggu di tengah optimisme tentang kemungkinan pemulihan permintaan importir minyak utama China saat ekonomi pulih tahun ini dari penguncian pandemi.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret menetap 56 sen lebih tinggi pada 88,19 dolar AS per barel, setelah mencapai puncak sesi 89,09 per barel, tertinggi sejak 1 Desember.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup 2 sen lebih rendah pada 81,62 dolar AS per barel, mundur dari puncak sesi di 82,64 dolar AS per barel, tertinggi sejak 5 Desember.

Harga mundur pada akhir sesi karena investor mengambil keuntungan, kata Phil Flynn, analis Price Futures Group.

Tetap saja, pasar ingin mempertahankan posisi long jika pertumbuhan China berlanjut, kata Sukrit Vijayakar, direktur konsultan energi Trifecta yang berbasis di Mumbai.

Data menunjukkan peningkatan yang kuat dalam perjalanan di China setelah pembatasan COVID-19 dilonggarkan, analis komoditas ANZ mengatakan dalam sebuah catatan, menunjukkan bahwa kemacetan lalu lintas jalan di 15 kota utama negara itu sejauh bulan ini naik 22 persen dari setahun lalu.

Harga minyak mentah di sebagian besar pasar fisik dunia telah memulai tahun ini dengan reli, karena China telah menunjukkan tanda-tanda pembelian lebih banyak dan pedagang khawatir sanksi terhadap Rusia dapat memperketat pasokan.

"Sementara pembukaan kembali (China) itu sendiri tidak diragukan lagi akan menjadi rumit, terutama selama musim liburan, indikasi awal menunjukkan telah terjadi peningkatan aktivitas, yang berarti ekonomi dapat bekerja lebih baik," kata analis OANDA, Craig Erlam.

Brent diperkirakan akan bergerak kembali ke kisaran antara 90 dolar AS hingga 100 dolar AS, karena pasar minyak semakin ketat, kata Erlam.

Permintaan produk telah mengangkat pasar minyak dan margin penyulingan, kata Flynn. Crack spread (selisih harga bahan baku dan barang jadi) 3-2-1, proksi untuk margin penyulingan, naik menjadi 42,18 dolar AS per barel pada Senin (23/1/2023), tertinggi sejak Oktober.

Koalisi Uni Eropa dan Kelompok Tujuh (G7) akan membatasi harga produk olahan Rusia mulai 5 Februari, selain batasan harga minyak mentah Rusia yang berlaku sejak Desember dan embargo Uni Eropa atas impor minyak mentah Rusia melalui laut.

G7 telah setuju untuk menunda peninjauan tingkat batas harga minyak Rusia hingga Maret, sebulan lebih lambat dari yang direncanakan, untuk memberikan waktu untuk menilai dampak dari batas harga produk minyak.

Di India, impor minyak mentah naik ke level tertinggi lima bulan pada Desember, data pemerintah menunjukkan pada Senin (23/1/2023), karena kilang-kilang menimbun bahan bakar Rusia dengan potongan harga di tengah peningkatan konsumsi yang stabil di negara tersebut.(pa)