Bagaimana Prediksi IHSG Sepanjang 2023, Simak Analis Bursa Berikut

"Saya pikir indeks bisa 7.400-7,500 di akhir tahun karena di semester II kemungkinan indeks akan reli lagi naik ke atas, tapi semester I ini mungkin agak volatile," kata Direktur Equator Swarna Capital Hans Kwee di Jakarta pada Senin (9/1/2023).
"Saya pikir indeks bisa 7.400-7,500 di akhir tahun karena di semester II kemungkinan indeks akan reli lagi naik ke atas, tapi semester I ini mungkin agak volatile," kata Direktur Equator Swarna Capital Hans Kwee di Jakarta pada Senin (9/1/2023).

Gemapos.ID (Jakarta) - Equator Swarna Capital memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan cenderung tertekan pada semester I 2023. Namun, ini bisa bangkit pada semester berikutnya dan mencapai level 7.500.

"Saya pikir indeks bisa 7.400-7,500 di akhir tahun karena di semester II kemungkinan indeks akan reli lagi naik ke atas, tapi semester I ini mungkin agak volatile," kata Direktur Equator Swarna Capital Hans Kwee di Jakarta pada Senin (9/1/2023).

Aktivitas pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang tahun lalu tumbuh positif, tercermin dari kinerja IHSG yang mencapai 6.850,62 pada akhir 2022.

Angka ini naik sebesar 4,09% dari posisi akhir tahun sebelumnya, meski lebih rendah dari 2021 yang tumbuh 10,1%.

Hans Kwee mengemukakan IHSG berada di level 6.670 turun sebesat 2,69% ketimbang posisi pada akhir Desember 2022 lalu (year to date/ytd).

"Sebenarnya tahun lalu kita berprestasi bagus sih indeks Indonesia. Tahun ini sebenarnya pasar cukup positif karena The Fed itu diperkirakan mencapai puncak suku bunga. Jadi mungkin ada kenaikan 50 sampai 100 basis poin dan pasar berharap The Fed segera menurunkan suku bunga setelah itu," ujarnya. 

Walaupun demikian, faktor di luar perkiraan pelaku pasar yaitu China yang tiba-tiba mencabut kebijakan ketat anti Covid-19 di tengah lonjakan kasus di negara tersebut.

"Ia membuka diri sehingga terjadi balancing portfolio, makanya di Desember kita gak ada Santa Claus Rally, terlihat ada dana asing yang keluar dari pasar kita," ucapnya. 

Isu sentral yang akan dihadapi pada tahun ini yaitu Federal Reserve (Fed), yang masih beberapa kali akan menaikkan suku bunga meski relatif terkendali.

Hal ini diperkirakan juga akan diikuti oleh bank sentral lainnya, ujar Hans Kwe,  seperti European Central Bank (ECAB) dan Bank of England (BoE).

"Kemudian pasar menanti apakah inflasi benar-benar turun tidak, indikasi awal inflasi di AS sudah turun terus ya menjadi 7,1 persen dari paling tinggi 9,1%. Eropa juga turun inflasinya dari paling tinggi di November, lalu mulai turun di Desember dan diperkirakan akan turun turus," ucapnya. 

Investor mungkin akan keluar dari saham-saham berkapitalisasi besar pada paruh pertama tahun ini termasuk sektor perbankan, tapi ini akan kembali dibeli pada semester II. 

Sementara itu komoditas diprediksi bagus sampai musim dingin lalu terkoreksi saat musim dingin berakhir. Sedangkan sektor teknologi berpeluang rebound pada paruh kedua 2023.

Satu tahun menjelang pemilihan umum (pemilu), biasanya IHSG mengalami kenaikan 14%-15% seiring meningkatnya belanja.

"Belanja itu mungkin akan ada Rp120 sampai Rp270 triliun yang meningkat karena pemilu, sehingga sektor consumer goods itu menarik. Biasa setahun sebelum pemilu indeks bisa naik 14-15 persen, kalau tahun pemilu 10 persenan ada," tutur Hans Kwee. (ant/mau)