Begini Pengerakan Modal Asing Masuk dan Keluar dari Indonesia Selama Sepekan

“Sebaliknya, tercatat modal asing keluar bersih (nett outflow) dari pasar saham domestik senilai Rp2,91 triliun,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono di Jakarta pada Jumat (6/1/2023).
“Sebaliknya, tercatat modal asing keluar bersih (nett outflow) dari pasar saham domestik senilai Rp2,91 triliun,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono di Jakarta pada Jumat (6/1/2023).

Gemapos.ID (Jakarta) - Bank Indonesia (BI) mencatat modal asing masuk bersih Rp8,05 triliun dari pasar keuangan Indonesia selama satu pekan mulai 2 Januari 2023 sampai 5 Januari 2023. Hal lainnya adalah modal asing masuk bersih ke pasar surat berharga negara (SBN) sebesar Rp9,74 triliun.

Selain itu modal asing masuk bersih senilai Rp1,68 triliun ke pasar saham domestik. Kemudian, berdasarkan data setelmen sampai 5 Januari 2023, terdapat modal asing masuk bersih (nett inflo) ke pasar SBN senilai Rp6,68 triliun.

“Sebaliknya, tercatat modal asing keluar bersih (nett outflow) dari pasar saham domestik senilai Rp2,91 triliun,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono di Jakarta pada Jumat (6/1/2023).

Nilai tukar rupiah dibuka sedikit melemah pagi ini, yakni menjadi Rp15.620 per dolar AS atau melemah dari Rp15.605 per penutupan Kamis (5/1/2023). Sementara indeks dolar AS (DXY) tercatat melemah ke level 105,04.

DXY merupakan indeks yang menunjukkan pergerakan dolar AS terhadap enam mata uang negara utama lainnya, yaitu euro, yen Jepang, pound Inggris, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss.

Sementara itu imbal hasil (yield) SBN Indonesia tenor 10 tahun naik ke level 6,99% pada Jumat pagi dari 6,98% pada Kamis sore.

“Imbal hasil tersebut masih jauh lebih menarik dibanding yield obligasi Amerika Serikat tenor 10 tahun yang naik ke level 3,718%,” ujarnya. 

Sementara itu, premi risiko investasi (Credit Default Swap/CDS) Indonesia lima tahun tercatat turun ke 95,01 basis poin (bps) per 5 Januari 2023 dari 101,23 bps per 30 Desember 2022.

“BI terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut,” tutur Erwin Haryono. (ant/mau)