Ini Jawaban Rupiah Masih Melemah Terhadap Dolar AS Meskipun Neraca Perdagangan Surplus

"Batu bara ini 70% dinikmati oleh 11 grup saja. Sialnya lagi, grup-grup besar ini menaruh hasil ekspornya di luar negeri, ya rupiah jadi nggak menguat," katanya di Jakarta pada Kamis (5/1/2023).
"Batu bara ini 70% dinikmati oleh 11 grup saja. Sialnya lagi, grup-grup besar ini menaruh hasil ekspornya di luar negeri, ya rupiah jadi nggak menguat," katanya di Jakarta pada Kamis (5/1/2023).

Gemapos.ID (Jakarta) - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Faisal Basri mengungkapkan nilai tukar rupiah masih melemah terhadap dolar AS walaupun neraca perdagangan surplus akibat pasar yang eksklusif dan hasil ekspor 'diparkir' di luar negeri. 

Apalagi, ekspor Indonesia tak merata, hanya segelintir komoditas saja yang laku diekspor seperti batu bara. Selain itu hanya dinikmati oleh 11 grup konglomerasi saja yang merasakan keuntungan ekspor batu bara.

"Batu bara ini 70% dinikmati oleh 11 grup saja. Sialnya lagi, grup-grup besar ini menaruh hasil ekspornya di luar negeri, ya rupiah jadi nggak menguat," katanya di Jakarta pada Kamis (5/1/2023).

Komoditas lainnya adalah baja stainless steel yang merupakan hasil hilirisasi dari nikel yang terlalu banyak dirasakan oleh perusahaan China. Jadi, hasil ekspor yang besar tidak masuk ke Indonesia, akhirnya ekspor tak memperkuat nilai tukar rupiah.

"Jangan bayangkan ini kita nikmati ekspor besi dan baja. Masalahnya, nilai tambah tinggi ini dinikmati oleh hampir semua perusahaan smelter dari China, 22-23 smelter nikel ini adalah dari China," ujar Faisal Basri.

neraca dagang Indonesia surplus sebesar US$5,16 miliar pada November 2022 dengan ekspor tercatat sebesar US24,12 miliar dan impor cuma US$18,96 miliar. Namun, sampai hari ini nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS masih Rp15.600.