Piala Dunia dan Tradisi 'Batobo' di Malut

Tradisi batobo bagi pendukung tim yang kalah di piala dunia dengan cara menceburkan diri ke laut menggunakan pakaian dinas untuk ASN. (ant)
Tradisi batobo bagi pendukung tim yang kalah di piala dunia dengan cara menceburkan diri ke laut menggunakan pakaian dinas untuk ASN. (ant)

Puluhan pejabat pemerintah Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara datang ke Pantai Tugulufa kemudian satu demi satu menceburkan diri ke laut atau dalam bahasa daerah setempat disebut "batobo" tanpa melepaskan sepatu dan pakaian dinas yang mereka kenakan.

Mereka menceburkan diri ke laut dengan pakaian seperti itu bukan karena menjalani hukuman dari wali kota setempat, tetapi untuk menunaikan janji terkait hasil final Piala Dunia 2022 di Qatar pada Senin dini hari.

Menurut Wakil Walikota Tidore Kepulauan Muhammad Sinen para pejabat itu adalah pendukung tim Perancis yang sebelumnya telah berjanji bahwa jika tim jagoan mereka kalah dari Argentina di final akan menceburkan diri ke laut.

Di Kota Tidore Kepulauan selama ini dalam setiap penyelenggaraan Piala Dunia sudah menjadi semacam tradisi para pejabat pemerintah kota setempat berjanji akan menceburkan diri di laut jika tim yang mereka dukung kalah, baik saat babak penyisihan di grup maupun saat final.

Para pejabat di Kota Tidore Kepulauan yang berjanji seperti itu, mulai dari pejabat eselon IV sampai eselon II, termasuk walikota, wakil walikota dan sekretaris daerah, bahkan para Aparatur Sipil Negara (ASN) dan masyarakat setempat juga banyak yang melakukan hal serupa.

Walikota Tidore Kepulauan Ali Ibrahim menceburkan diri di laut ketika tim andalannya Brazil kalah dari Kroasia di perdelapan final, sedangkan Wakil Walikota Muhammad Sinen menceburkan diri saat tim favoritnya Argentina kalah dari Arab Saudi di penyisihan grup C.

Menceburkan diri ke laut ketika tim yang diunggulkan kalah menjadi semacam terapi psikologis, karena selain merasa tenang telah menunaikan janji juga rasa kecewa dan kesal atas kekalahan tim yang diunggulkan hilang seketika.

Dari sepuluh kabupaten/kota di Maluku Utara hanya pejabat di Kota Tidore Kepulauan yang melakukan tradisi menceburkan diri di laut seperti itu, sehingga menjadi kekhasan tersendiri bagi daerah kelahiran Pahlawan Nasional Sultan Nuku ini dalam setiap penyelenggaraan Piala Dunia.

Seorang pemerhati sosial di Maluku Utara, Muhammad Nurdin, melihat tradisi menceburkan diri di laut yang dilakukan para pejabat di Kota Tidore Kepulauan untuk menunaikan janji yang diucapkan sebelumnya memiliki pesan moral bahwa jika berjanji harus ditunaikan.

Fakta selama ini banyak orang yang mengumbar janji, misalnya saat menghadapi pemilihan kepala daerah dan pemilihan legislatif, tetapi ketika terpilih menjadi anggota legislatif atau kepala daerah, janji itu tidak lagi ditepati.

Pesan moral lainnya dari tradisi menceburkan diri di laut yang dilakukan para pejabat di Kota Tidore Kepulauan itu adalah pentingnya menjaga kebersihan lingkungan laut di daerah itu, karena tidak mungkin mau menceburkan diri di laut kalau kondisi lingkungan lautnya dipenuhi sampah.

Pawai di jalan untuk merayakan kemenangan Penuhi jalan

Ekspresi berbeda dilakukan para pendukung tim Argentina, baik di Kota Tidore Kepulauan maupun di kota/kabupaten lainnya di Maluku Utara yang melakukan pawai di jalan untuk merayakan kemenangan tim favorit mereka di Piala Dunia Qatar. Khusus di Kota Ternate, sebagian besar masyarakatnya merupakan pendukung tim Argentina, hampir semua jalan protokol di Kota ini dipenuhi pendukung tim asal Amerika Selatan itu untuk meluapkan kegembiraan mereka.

Salah seorang warga Ternate, Alfis Sahar mengaku walau pun Ternate tidak memiliki hubungan historis dengan Argentina, tetapi keberhasilan tim sepak bola negara itu menjuarai Piala Dunia Qatar membawa kebahagiaan sendiri kepada mereka sebagai pendukung setia dalam setiap perhelatan Piala Dunia.

Masyarakat di kota yang banyak melahirkan pemain nasional untuk tim nasional Indonesia seperti Rahmat Rivai, Abduh Lestaluhu, Ilham Udin Armaiyn, Risky Pora dan Fandi Mochtar ini mengharapkan Indonesia juga bisa berkiprah di Piala Dunia, sehingga masyarakat tidak perlu lagi harus mendukung tim dari negara lain.

Klub sepak bola di Kota Ternate, seperti Persiter yang sebelumnya tampil dalam kancah liga sepak bola nasional diharapkan bangkit kembali dan untuk itu perlu dukungan dari pemerintah daerah masyarakat dan berbagai pihak terkait lainnya di daerah ini.

Piala Dunia untungkan pelaku usaha ekonomi kreatif

Seorang pemerhati ekonomi di Maluku Utara, Yetty Raimadoya melihat penyelenggaraan Piala Dunia Qatar memberi keberuntungan tersendiri bagi pelaku usaha ekonomi kreatif di daerah ini, diantaranya dalam penjualan jersey dan bendera tim dari negara yang berlaga di Piala Dunia Qatar.

Transaksi penjualan jersey dan bendera negara peserta Piala Dunia Qatar di Maluku Utara diperkirakan mencapai miliaran rupiah dan itu memberi kontribusi besar terhadap aktifitas perekonomian di daerah ini.

Jersey yang banyak dibeli masyarkat di Maluku Utara adalah jersey milik tim Argentina, Brazil, Belanda dan Perancis, karena masyarakat di daerah ini banyak menjadi pendukung tim dari keempat negara itu.

Pelaku ekonomi kreatif lainnya yang juga ikut menikmati keuntungan dari penyelenggaraan Piala Dunia Qatar adalah para pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar lokasi tempat nonton bareng selama penyelenggaraan Piala Dunia Qatar.

Pedagang gorengan di kawasan Benteng Oranye yang menjadi salah satu lokasi nonton bareng selama Piala Dunia Qatar mengaku mendapatkan keuntungan di atas Rp3 juta setiap ada kegiatan nonton bareng.

Tingginya antusias masyarakat di Maluku Utara dalam mendukung tim yang menjadi pilihan masing-masing tanpa sedikit pun dinodai dengan konflik antar pendukung diharapkan akan terlihat pula seperti itu ketika masyarakat di daerah ini saat menghadapi pemilu legislatif, pemilu presiden dan pilkada pada 2024 mendatang. (rk)