Ekonom Bicara Dampak Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bagi Indonesia

“Bahkan stok devisa akan semakin sempit,” kata Kepala Center of Macroeconomics and Finance Indef Rizal Taufikurahman di Jakarta pada Rabu (14/12/2022).
“Bahkan stok devisa akan semakin sempit,” kata Kepala Center of Macroeconomics and Finance Indef Rizal Taufikurahman di Jakarta pada Rabu (14/12/2022).

Gemapos.ID (Jakarta) - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengemukakan pelemahan nilai tukar rupiah bisa mempersempit devisa negara. Pasalnya, ini melemahkan daya saing perdagangan, sehingga memicu defisit perdagangan.

Defisit perdagangan akan memperkuat defisit neraca anggaran fiskal yang tentunya akan menurunkan devisa negara.

“Bahkan stok devisa akan semakin sempit,” kata Kepala Center of Macroeconomics and Finance Indef Rizal Taufikurahman di Jakarta pada Rabu (14/12/2022). 

Dengan demikian, kinerja industri berorientasi ekspor akan turun, sehingga dapat memicu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) khususnya di sektor padat karya.

“Selain permintaan ekspor turun, juga harga yang tidak bisa bersaing dan efisien. Pada akhirnya, kinerja industri yang notabene menyerap tenaga kerja, dan lambat laun akan mengurangi jumlah tenaga kerja,” ujarnya.

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga bisa mendorong inflasi di dalam negeri tidak mudah dikendalikan pemerintah. Pasalnya, laju kenaikan harga-harga barang yang sangat cepat.

Kemudian, gairah dan permintaan barang di pasar global akan menurun seiring dengan gairah eksportir yang akan tertekan.

Pelemahan nilai tukar rupiah akibat sejumlah hal  antara lain kebijakan moneter taffering off secara agresif menaikkan suku bunga oleh bank sentral AS, Federal Reserve (Fed)/

Hal ini berakibat capital outflow dari negara berkembang, dan gap pasokan dan permintaan dolar AS. Selain itu real interest rate Indonesia yang kurang menarik investor dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.

Berbagai upaya yang bisa dilakukan pemerintah untuk menjaga stabilitas nilai rupiah seperti belanja produk-produk dalam negeri dengan menggunakan rupia.

Bahkan, jika memungkinkan membayar barang ekspor ke pasar dunia menggunakan rupiah. Selain itu menjaga harga barang-barang dan jasa domestik agar tidak mudah inflasi. (ant/moc)